https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=UA-46662798-89

Sinergi Teknologi dan Petani: HMTI Telkom University Terapkan Smart Farming berbasis IoT

Di tengah tantangan pertanian yang semakin kompleks, Kelompok mahasiswa Fakultas Rekayasa Industri berhasil menghadirkan solusi cerdas untuk menjawab permasalahan klasik yang dihadapi petani di daerah lahan kering. Melalui program PPK Ormawa 2025, tim dari Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) mengembangkan inovasi sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT) yang kini telah diimplementasikan di Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.

Inovasi ini berangkat dari kebutuhan mendesak akan sistem pengairan yang lebih efisien dan adaptif terhadap kondisi lingkungan. Di Desa Ciptasari, yang 75% wilayahnya merupakan lahan pertanian hortikultura, petani kerap menghadapi kesulitan saat musim kemarau. Distribusi air yang tidak merata dan sistem irigasi konvensional yang boros air menjadi hambatan utama bagi produktivitas. Dari persoalan tersebut, lahirlah gagasan untuk menghadirkan teknologi irigasi pintar yang mampu bekerja secara otomatis dan presisi.

Sistem yang dikembangkan oleh tim HMTI bekerja dengan memanfaatkan sensor kelembaban tanah, mikrokontroler, dan katup solenoid yang terhubung ke dashboard berbasis website. Komponen ini dikendalikan oleh sistem yang mampu membaca kondisi tanah secara real-time. Ketika tingkat kelembapan turun di bawah ambang batas yang telah ditentukan (40%), sistem secara otomatis mengaktifkan pompa dan membuka katup air. Begitu kondisi tanah kembali optimal, sistem akan menutup aliran air secara mandiri.

Inovasi ini memungkinkan penghematan air hingga 70% dibanding metode penyiraman manual, sekaligus meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga petani. Tak hanya itu, dengan area uji coba seluas 150 m², sistem ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen — produktivitas cabai naik 20–25% dan tomat meningkat hingga 40%.

Ketua tim, Hasna Yuniartin Nugroho Putri, menjelaskan bahwa pengembangan sistem ini tidak hanya menekankan aspek teknologi, tetapi juga adaptasi sosial di lapangan. “Kami tidak ingin teknologi ini berhenti di laboratorium. Kami ingin petani benar-benar bisa merasakan manfaatnya, memahami cara kerjanya, dan menjadikannya bagian dari rutinitas bertani,” ujarnya.

Dosen pendamping, Wini Hardianti Santosa, S.T., M.T., menambahkan bahwa sistem ini menjadi salah satu implementasi nyata konsep smart farming di tingkat desa. “Inovasi ini merupakan bentuk penerapan teknologi digital untuk mendukung transformasi pertanian tradisional menuju sistem yang lebih efisien dan berkelanjutan. Kami ingin menjadikan Desa Ciptasari sebagai model pertanian cerdas berbasis data,” ungkapnya.

Teknologi ini juga dikembangkan secara kolaboratif dengan berbagai pihak: pemerintah desa, penyuluh pertanian lapangan, serta kelompok tani setempat yang turut dilibatkan dalam tahap pemasangan sensor, pipa, dan sistem pompa. Proses ini tidak hanya menghasilkan alat yang bermanfaat, tetapi juga meningkatkan literasi teknologi di kalangan petani.

Keunggulan lain dari sistem ini adalah kemudahan pemantauan melalui dashboard digital yang dapat diakses dari gawai petani. Fitur ini memberikan data terkini mengenai kelembapan tanah, volume air yang digunakan, serta status sistem secara menyeluruh. Dengan pendekatan berbasis data ini, petani dapat mengambil keputusan lebih cepat dan akurat tanpa perlu bergantung sepenuhnya pada pengamatan manual.

Selain aspek teknologinya, tim mahasiswa juga menyusun buku panduan operasional, video dokumentasi, dan artikel ilmiah untuk memperkuat aspek edukasi dan keberlanjutan proyek. Dukungan penuh dari Kemendiktisaintek melalui pendanaan PPK Ormawa 2025 turut mendorong keberhasilan implementasi ini.

Kepala Desa Ciptasari, Iis Leniawati, S.Pd., menyambut positif inovasi ini. “Teknologi ini menjawab kebutuhan kami selama musim kemarau. Petani kini bisa lebih tenang karena sistem bekerja otomatis dan efisien,” tuturnya. Sementara penyuluh pertanian Fitri menilai, keberhasilan ini menjadi langkah awal yang mendorong petani lokal lebih percaya diri dalam mengadopsi teknologi digital.

Dengan hasil nyata di lapangan, inovasi irigasi tetes berbasis IoT karya mahasiswa HMTI Universitas Telkom membuktikan bahwa teknologi dan kepedulian sosial dapat berjalan beriringan. Lebih dari sekadar proyek mahasiswa, sistem ini menjadi wujud nyata transformasi menuju pertanian digital yang berkelanjutan, membuka peluang besar bagi desa-desa lain untuk menapaki jalan serupa menuju kemandirian pangan dan efisiensi sumber daya.

Author: Gayuh Nugraha, S.Ds.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Contact us

Give us a call or fill in the form below and we will contact you. We endeavor to answer all inquiries within 24 hours on business days.
Secret Link