
Kampung Margasari di Desa Margalaksana, Kabupaten Tasikmalaya, dikenal sebagai salah satu sentra produksi camilan tradisional khas daerah tersebut, yaitu comring. Namun, proses pembuatan comring yang masih mengandalkan alat parut tradisional kerap menimbulkan berbagai permasalahan. Di antaranya adalah waktu pengerjaan yang lama, kualitas hasil parutan yang tidak seragam, dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi akibat minimnya perlindungan pada tangan pekerja.
Menjawab permasalahan tersebut, Kelompok Keilmuan Manufacturing and Process Engineering Fakultas Rekayasa Industri (FRI) Telkom University melalui program pengabdian masyarakat, mengembangkan mesin parut otomatis singkong untuk produksi comring. Tim pengembang terdiri dari Dr. Pratya Poeri Suryadhini, S.T., M.T., Dr. Dida Damayanti, S.T., M.Eng., dan Haris Rahmat, S.T., M.T., Ph.D., serta para mahasiswa dari Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi.

Sumber 📷: Dokumentasi Pratya Poeri Suryadhini
Mesin ini merupakan hasil rekayasa balik (reverse engineering) terhadap mesin parut otomatis yang telah beredar di pasaran. Mesin tidak dirancang sepenuhnya dari awal, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi para pekerja di Margasari. Penyesuaian tersebut mencakup aspek ergonomi, terutama pada dudukan mesin yang dirancang agar sesuai dengan tinggi rata-rata tubuh wanita Indonesia sebagai pekerja utama, serta mudah dipindahkan agar fleksibel ditempatkan di berbagai kondisi lingkungan kerja.
Secara teknis, mesin parut otomatis ini menggantikan alat parut tradisional yang mengandalkan tenaga manusia. Mesin menggunakan energi listrik untuk memastikan kecepatan pemarutan yang stabil dan hasil yang lebih seragam, baik dari segi kehalusan maupun volume. Selain meningkatkan efisiensi, sistem ini juga mengurangi risiko kecelakaan seperti jari terparut, karena tangan pekerja tidak lagi bersentuhan langsung dengan pisau parut.
Beberapa fitur awal yang telah dikembangkan meliputi:
- Guidance pada bagian pisau parut untuk menjaga posisi singkong agar tepat mengenai pisau.
- Dudukan ergonomis yang memungkinkan posisi kerja berdiri serta dilengkapi wadah penampung hasil parutan.
Dr. Pratya Poeri Suryadhini menyampaikan bahwa inovasi ini dirancang dengan pendekatan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan. “Kami tidak hanya fokus pada sisi teknologi, tetapi juga pada bagaimana mesin ini bisa diterima dan digunakan secara nyaman oleh para pelaku UMKM lokal. Karena itu, pendekatan ergonomis dan adaptif menjadi hal yang kami prioritaskan sejak tahap awal pengembangan,” ujarnya.

Sumber 📷: Dokumentasi Pratya Poeri Suryadhini
Saat ini, inovasi mesin parut tersebut masih berada pada tahap awal pengembangan. Ke depannya, direncanakan akan ditambahkan fitur otomatisasi lanjutan, seperti sistem pemutus daya otomatis apabila terjadi gangguan, serta penekan otomatis yang menggantikan fungsi tangan pekerja. Fitur-fitur tersebut ditujukan agar mesin memiliki nilai komersial yang lebih tinggi dan siap digunakan secara luas oleh UMKM pangan tradisional lainnya.
Melalui pendekatan teknologi yang bertahap dan adaptif terhadap kondisi masyarakat, inovasi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan produktivitas, keselamatan kerja, dan daya saing produk lokal, khususnya dalam industri camilan tradisional berbasis singkong di Tasikmalaya.
Author: Gayuh Nugraha, S.Ds.