Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Kolaborasi Lintas Sektor Inklusif dan Berkelanjutan” digelar pada Selasa (21/10) yang bertempat di Ruang diskusi lantai 16 Telkom University Landmark Tower (TULT), dengan dukungan dari Fakultas Rekayasa Industri.
Kegiatan ini adalah hasil penelitian Tesis Elsa Fitriani (Mahasiswa S2 Teknik Industri) bertujuan untuk mengidentifikasi faktor kunci keberhasilan kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif, khususnya bagi penyandang disabilitas di kota Bandung.
Sebagai perwakilan dari unsur pentahelix collaboration, beberapa pihak dihadirkan untuk terlibat dalam diskusi ini. Pihak-pihak yang terlibat antara lain BP2D Jawa Barat, PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Indonesia), Bandung Independent Living Center (BILiC), dan tentunya pihak Telkom University sebagai pihak akademisi.
Menurut Ibu Luci, Dosen Magister Teknik Industri Telkom University, FGD ini merupakan langkah awal dalam membangun kolaborasi nyata antar pihak.
“Kolaborasi melalui pentahelix melibatkan akademisi, komunitas, bisnis, media, dan pemerintah. Dalam FGD kali ini, empat unsur tersebut hadir untuk bersama-sama menggali strategi inklusif. Setelah FGD, data dari keempat entitas akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan rekomendasi nyata dalam empowering teman-teman disabilitas,” jelasnya.
Beliau menambahkan bahwa kerja sama lintas sektor saat ini belum maksimal, dan kegiatan ini menjadi langkah awal menuju kolaborasi berkelanjutan.

Dokumentasi: Mutiara Rahma Nur Fadilah
Dari sisi komunitas, Taufik Hidayatullah, perwakilan dari Bandung Independent Living Center (BILiC), mengutarakan pentingnya implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, khususnya dalam aspek ketenagakerjaan.
“FGD ini memberi ruang bagi berbagai sektor untuk berbagi pandangan agar hak kerja penyandang disabilitas dapat benar-benar setara. Kita perlu memastikan sektor publik dan swasta menaati aturan. Pengawasan dan sanksi harus berjalan agar komitmen itu tidak berhenti di wacana,” ujarnya.
Beliau menambahkan bahwa FGD ini harus memiliki tindak lanjut, bukan sekadar forum diskusi. “Kita semua harus menjadi inisiator perubahan sesuai bidang masing-masing,” tambahnya.
Sementara itu, Elsa Fitriani, mahasiswa Magister Teknik Industri Telkom University yang juga bertindak sebagai moderator FGD, menegaskan urgensi kegiatan ini sebagai bentuk peran akademisi dalam mendengarkan dan mengintegrasikan suara komunitas disabilitas.
“Kegiatan ini menjadi titik awal kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai riset, tetapi memberi impact nyata bagi masyarakat,” ungkap Elsa.
Ia juga menyampaikan bahwa hasil diskusi ini akan digunakan untuk merumuskan strategi dan kontribusi nyata menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-17, yaitu Partnership for the Goals, serta mendukung penguatan ekonomi inklusif di Indonesia.
FGD ini mendapatkan tanggapan positif dari seluruh peserta. Mereka menilai kegiatan ini mampu membuka ruang bagi kolaborasi strategis yang berkelanjutan di masa depan.
Dengan adanya kegiatan ini, FRI Telkom University berharap dapat menjadi penggerak kolaborasi yang berkelanjutan, memperkuat ekosistem ketenagakerjaan inklusif, dan mewujudkan keberagaman di dunia kerja.
Author: Mutiara Rahma Nur Fadilah – S1 Teknik Industri | Editor: Gayuh Nugraha




